Ekspor kerajinan logam Boyolali meningkat

BOYOLALI: Sejumlah perajin logam di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali mendapatkan permintaan pesanan dari kalangan buyer untuk kebutuhan ekspor, di tengah menguatnya nilai rupiah terhadap dolar .

Menurut beberap arhjin di desa itu, industri kerajinan logam produksinya saat ini mencapai 90 buah per bulan atau sekitar satu setengah kontainer yang di sekpor ke mancanegara.

Manto pengrajin PT Bintang Pamungkas, di Desa Tumang, Boyolali mengatakan piahaknya biasanya mengekspor kerajinan logam produksinya rata rata satu kontainer per bulan, tetapi belakangan ini meningkat menjadi satu setengah kontainer ke Negara Amerika Serikat (AS) dan Australia.

“Menguatnya nilai rupiah jusrtu mendorong peningkatan keuntungan bagi perajin, karena pesanan buyer bertambah dari sebelumnya pada pekan lalu,” ujarnya, Jumat (4/3).

Menurut dia, harga bahan baku kuningan yang biasanya hanya Rp87,000 per kg kini naik menjadi Rp95.000 per kg. Begitu juga, harga tembaga Rp100.000 per kg melonjak menjadi Rp110.000 per kg.

Meskipun, nilai rupiah menguat saat ini, tetapi para pengrajin logam tidak merasakan peningkatan keuntungan, karena mereka harus menghadapi harga bahan baku yang sebagian diimpor lebih tinggi dibanding biasanya.

Bahkan, pihaknya belum berani menaikan harga produksinya, karena harus menjaga permintaan pelanggannya agar bisa eksis.

Dia menjelaskan pihaknya dengan melibatkan sekitar 42 tenaga kerja mampu memproduksi kerajian logam sekitar 100 buah, Pesanan yang mengalir saat ini, antara lain bak mandi, hiasan air mancur, lampu hias, dan hiasan lainnya.

Menurut Manto, barang industri kerajinan logam tersebut banyak datang pesanan dari Amerika Serikat, Australia, Belgia, Perancis, Brunei Darussalam, dan Malaysia.

“Harga hiasan air mancur, misalnya dijual Rp4 juta per buahnya, bak mandi asal kuningan bia mencapai Rp8,9 juta , lampu hias antara Rp200.000 hingga Rp1 juta per buahnya,” tuturnya.

Manto mengatakan banyaknya pesanan saat ini, para perangjin logam di Tumang mulai bangkit setelah sempat terhenti akibat bencana erupsi Gunung Merapi.

Pengrajin logam lainnya pemilik CV “Muda Tama” Desa Tomang, Agus Susilo mengaku permintaan ekspor kerajinan logam saat ini memang ada peningkatan.

“Kami setiap bulan mampu mengirim pesanan ekspor ke Amerika Serikat, satu kontainer,” ujarnya.

Menurut Agus, pihaknya hingga sekarang omzetnya rata-rata mencapai Rp200 juta per bulan, atau mengalami kenaikkan dibanding bulan sebelumnya.

Dia menjelaskan kerajinan logam Tumang itu mempunyai corak yang khas sehingga hampir tidak ada saingannya di pasaran luar negeri. Tak pelak, banyak diminati konsumen.

“Barang kerajian Tumang yang diminati konsumen luar negeri, seperti bak mandi, lampu hias, tempat buah, tempat sampah atau tempat putung rokok, dan wastafel,” kata Agus.

Produksi kerajinan logam Tumang, lanjutnya, juga diminati di pasaran lokal. “Pesanan ini sebagian besar datang dari kalangan perhotelan dan sejumlah instansi pemerintah,” ujarnya. (ant/rsj)
sumber : bisnis-jateng.com

Artikel Menarik Lainnya



Arsip Blog

Powered by Blogger.